PROSES PEMBENTUKAN TULANG
1. Osifikasi intra membran
Proses
pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi jaringan tulang, contohnya
pada proses pembentukan tulang pipih. Pada proses perkembangan hewan vertebrata
terdapat tiga lapisan lembaga yaitu ektoderm, medoderm, dan endoderm. Mesenkim
merupakan bagian dari lapisan mesoderm, yang kemudian berkembang menjadi
jaringan ikat dan darah. Tulang tengkorak berasal langsung dari sel-sel
mesenkim melalui proses osifikasi intramembran.
2. Osifikasi endokondral
Proses
pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim berdiferensiasi lebih
dulu menjadi kartilago (jaringan rawan) lalu berubah menjadi jaringan tulang,
misal proses pembentukan tulang panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis.
Proses osifikasi ini bertanggung jawab pada pembentukkan sebagian besar tulang
manusia. Pada proses ini sel-sel tulang (osteoblas) aktif membelah dan muncul
dibagian tengah dari tulang rawan yang disebut center osifikasi. Osteoblas
selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini tertanam dengan
kuat pada matriks tulang.
Pembentukan
tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago).
Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang
rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas
ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi
periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di
daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan
membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya
zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel
tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian
akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari
zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh
darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang. Pada
tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi
pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih
tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam
pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut
dengan cakram epifise.
Selama
pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus- menerus membelah
kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise,
dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh
memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga
sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada
saat yang bersamaan osteoblas di periosteum
® Efek vitamin D pada tulang serta hubungannya dengan aktivitas hormon
paratiroid
Efek hormon paratiroid pada absorpsi
kalsium dan fosfat dalm usus
Hormon paratiroid sangat berperan dalam meningktkan absorpsi
kalsium dan fosfat dari usus dengan cara meningkatkan pembentikan 1,25
dihidroksikolekalsiferol dari vitamin D.
Vitamin D memegang peranan penting
pada absorpsi tulang dan pengendapan tulang. Pemberian vitamin D yang banyak
sekali menyebabkan absorpsitulang yang sangat mirip dengan pemberian hormo
paratiroid. Juga, bila tidak ada vitamin D, maka efek hormon paratiroid dalam
menyebabkan absorpsi tulang sangat berkurang atau malahan dihambat. Mekanisme
kerja vitamin D ini belum diketahui, tetapi diyakini merupakan hasil dari efek
1,25 dihidroksikalsiferol (yang merupakan produk utama dari vitamin D) dalam
meningkatkan pengangkutan kalsium melewati membran sel.
Vitamin D dalam jumlah yang lebih
kecil meningkatkan kalsifikasi tulang. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk
meningkatkan kalsifikasi adalah dengan cara meningkatkan absorpsi kalsium dan
fosfat dari usus. Akan tetapi, bahkan bila tidak ada peningkatan, absorpsi akan
tetap meningkatkan proses mineralisasi tulang. Sekali lagi, mekanisme
terjadinya efek ini tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kemampuan
1,25 dihidroksikolekalsiferol untuk menyebabkan timbulnya pengangkutan ion
kalsium melewati membran sel.
Sebagian besar efek hormon paratiroid
pada organ sasarannya diperentarai oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP) yang
bekerja sebagai mekanisme second messenger. Dalam waktu beberapa menit setelah
pemberian hormon paratiroid, konsentrasi cAMP di dalam osteosit, osteoklas, dan
sel-sel sasaran lainnya meningkat. Selanjutnya, cAMP mungkin bertanggung jawab
terhadap beberapa fungsi osteoklas seperti sekresi enzim dan asam-asam sehingga
terjadi reabsorpsi tulang, pembentukan 1,25 dihidroksikolekalsiferol di dalam
ginjal dan sebagainya. Mungkin masih ada efek-efek langsung lain dari hormon
paratiroid yang efeknya tidak bergantung pada mekanisme second messenger. Pengaturan
sekresi paratiroid oleh konsentrasi ion kalsium Bahkan penurunan konsentrasi
ion kalsium yang paling sedikit pun dalm cairan ekstraselular akan menyebabkan
kelenjar paratiroid meningkatkan kecepatan sekresinya dalam waktu beberapa
menit; bila penurunak konsentrasi ion kalsium menetap, kelenjar paratiroid akan
menjadi hipertrofi, sering lim kali atau lebih. Contohnya, kelenjar paratiroid
akan menjadi sangat besar pada Rikets, dimana kadar kalsium biasanya hanya
tertekan sedikit; juga, kelenjar akan menjadi sangat besar saat hamil, walaupun
penurunan konsentrasi ion kalsium pada cairan ekstraselular ibu sangat sulit
diukur; dan kelenjar sangat membesar selama laktasi karena kalsium digunakan
untuk pembentukan air susu ibu. Sebaliknya, setiap keadaan yang meningkatkan
konsentrasi ion kalsium diatas nilai normal akan menyebabkan berkurangnya
aktivitas dan ukuran kelenjar paratiroid. Beberapa keadaan tersebut meliputi:
(1) jumlah kalsium yang berlebihan dalam diet, (2) meningkatnya vitamin D dalam
diet, dan (3) absorpsi tulang yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda
dengan hormon paratiroid (contohnya absorpsi tulang yang disebabkan oleh tidak
digunakannya tulang itu).
® Kontrol dari hormon Paratiroid
Sekresi dari hormon paratiroid
tergantung dari suatu negative feed-back mechanism yang diatur oleh kadar ion
kalsium dalam plasma. Juga ada hormon lain yang ikut mengatur kadar kalsium
dalam serum yaitu calcitonin atau thyrocalcitonin. Hormon ini diproduksi oleh
kelenjar tiroid. Beberapa observasi menunjukan bahwa ada hubungan antara
paratiroid dengan kelenjar-kelenjar endokrin lain. Umpamanya pernah didapat
hiperplasia kelenjar paratiroid pada akromegali, sindrom Cushing, dan penyakit
Addison. Hipofisektomi (pada binatang) menyebabkan involutiodari
kelenjar-kelenjar paratiroid, sedangkan pemberian hormon pertumbuhan (GH),
adrenokortikotropin (ACTH), ekstrak lobus anterior hipofisis dan
steroid-steroid adrenal mengakibatkan hiperplasia dari kelenjar-kelenjar
paratiroid. Tetapi mungkin pula bahwa perubahan kelenjar-kelenjar paratiroid
adalah sekunder akibat perubahan kadar fosfat dalam serum yang disebabkan oleh
hormon-hormon tersebut.
Hiperplasia dari kelenjar-kelenjar
paratiroid terdapat dalam keadaan-keadaan dimana ada tendens dari ion kalsium
untuk menurun, umpamanya pada penyakit Rachitis (atau Osteomalacia), kehamilan,
hilangnya kalsium dalam darah dan insufisiensi ginjal yang disertai retensi
fosfor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar