KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESa, Karen atas limpahn rahmat dan
hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN. DM DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUANG
BUKIT BARISAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN”
Dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, antara lain :
1. Ibu
Zr. Rosita Saragih, SKM selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Darma Agung
2. Zulkarnain
nasution Spd selaku dosen pembimbing
Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecenderungan
meningkatnya angka gangguan mental psikiatrik dikalangan masyarakat saat ini
dan yang akan terus menjadi masalah sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga
kesehatan khususnya komunikasi profesi keperawatan.
Ketidakmampuan
individu dalam mengahdapi berbagai masalah social dalam kehidupan menimbulkan
msalah kejiwaan yang lebih mengacu pada kerusakan interaksi social menarik diri
yaitu seseorang cenderung menyendiri dan sering melamun. Pada dasarnya
kemampuan hubungan social berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang
individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut, untuk mengembangkan
hubungan social positif. Setiap tugas perkembangan sepanjang daur kehidupan
diharapkan dilalui dengan sukses kemampuan berperan serta proses hubungan
diawali dengan kemampuan saling tergantung. Oleh karena itu, perawat harus
mempunyai kemampuan profesi dalam memberikan asuhan keperawatan. Pemberian
asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Untuk itu perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses
terapeutik yaitu proses keperawatan.
Menurut
penelitian WHO, jika provelensi gangguan jiwa di atas 100 jiwa pertahun
penduduk dunia, maka berarti Indonesia mencapai 264 orang per 1000 penduduk
yang merupakan anggaota keluarga. Data hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT)
tahun 1995), artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini adalah
sesuatu yang sangat serius .
Berdasarkan
uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang gangguan jiwa
dengan masalah utama kerusakan interaksi social menarik diri.
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan
Umum
-
Untuk memperoleh gambaran umum mengenai
skizoprenia paranoid/isolasi social menarik diri) dan perawatannya
-
Untuk mengembangkan buah pikiran yang
ada manfaatnya bagi masyarakat
-
Untuk menambahkan ilmu pengetahuan dan
melihat secara langsung atau mengaplikasikan teori psikiatri yang diperoleh
dari bangku perkuliahan melalui praktek lapangan di rumah sakit jiwa pusat
Medan atau sekaligus di dalamnya melatih pembuatan studi kasus ini
2.
Tujuan
Khusus
-
Membantu penderita agar dapat memenuhi
kebutuhan kesehatannya dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal
-
Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan
yang dihadapi penulis dalam melaksanakan proses keperawatan
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan
makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan cara :
1.
Observasi
Penulis mengadakan penelitan dan
pengawasan langsung terhadap penderita skizoprenia tipe paranoid/isolas social
menarik diri).
2.
Wawancara
Dalam wawancara ini penulis
mengadakan :
-
Auto anamnese : Tanya jawab langsung pada
pasien yang bersangkutan
-
Auto anamneses : Mengadakan Tanya jawab
dengan keluarga pasien
3.
Rekomendasi
Diperoleh dari perawatan dan status
pasien
4.
Perpustakaan
Penulis menggunakan buku-buku atau
diktat berhubungan dengan penderita skizoprenia paranoid (Isolasi social :
Menarik diri) dan perawatannya.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan
makalh ini disusun secara sistematif yang terdiri dari V bab, yaitu :
Bab
1 Pendahuluan
Terdiri atas : latar
belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan
Bab
II Landasan Teoritis
Terdiri atas :
a.
Tinjauan Teoritis medis
-
Definisi
-
Faktor predisposisi
-
Rentang respon keperawatan
b.
Tinjauan teoritis keperawatan
-
Definisi, karakteristik, prilaku,
masalah keperawatan, tujuan tindakan keparawatan, evaluasi
Bab III Tinjauan
Kasus
Bab IV Pembahasan
BabV Kesimpulan
dan Saran
Daftar Pustaka
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
A.
Tinjauan
Teoritis Medis
1.
Defenisi
Kerusakan
interaksi sosial merupakan kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif atau
mengancam, kelainan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang
individu beradaptasi dalam suatu kuantitas yang tidak cukup/berlebihan kualitas
interaksi sosial yang tidak efektif. (Marry C.Townsand, Edisi V, 1998, Hal.
1927)
Menarik
diri adalah reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau menghindari sumber scresor.
Misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Sedangkan
reaksi psikologis individu menunjukkan prilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat sering disertai rasa takut dan bermusuhan. (Rasmus, 2001, Hal 18)
Menarik
diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain individu dengan orang
lain. Individu merasa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi perasaan, fikiran, prestasi atau kegagalannya. Orang
lain yang di manifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian
dan sanggup membagi pengalaman dengan orang lain. (Standart Asuhan Keperawatan
Jiwa, Edisi Pertama, Bandung 1996, Hal 47)
2.
Faktor
Predisposisi
Adapun
factor prespitasi adalah membagi atas 2, yaitu :
A. Faktor
Prestasi
Adapun
faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alam perasaan
adalah:
·
Kehilangan ketertarikan yang nyata atau
yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan
atau harga diri, karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep
kehilangan, maka konsep persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.
·
Peritiwa besar dalam kehidupan, sering
dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap
masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
·
Peran dan ketegangan peran telah
dilaporkan mempengaruhi depresi terutama pada wanita
· Perubahan
fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit fisik seperti
infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik dapat mencetus gangguan
alam perasaan. (Gail W.Stuart- dkk. Edisi III. 1998)
Faktor Pendukung
·
Faktor genetik dianggap mempunyai
transmin gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau keturunan.
·
Teori agresi menyerang kedalam
menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan pada
diri sendiri.
·
Teori kehilangan objek merasakan kepada
perpisahan traumatik individu dengar benda atau yang sampai sangat berarti.
·
Teori organisasi kepribadian mengenai
bagian konsep yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan
penilaian seseorang terhadap dirinya.
·
Metode kognitif menyatakan bahwa depresi
merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang
terhadap diri dunia seseorang di masa depan seseorang.
·
Metode ketidak berdayaan yang dipelajari
menunjukkan bahwa semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa
seseorang tidak mampu mengendalikan terhadap hasil yang penting dalam
kehidupannya. Oleh karena itu dia menolak respon dan adaktif.
·
Model perilaku berkembang dari kerangka
teori belajar sosial yang mengasumsikan keinginan penyebab depresi terlacak pada
kerangka keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan.
·
Metode biologi menguraikan perubahan
kimia dalam tubuh terjadi selama masa depresi, termasuk depresi katakoloni,
disfungsi endoktrim dan variasi periodik serta irama biologis.
3.
Rentang Respon Sosial
Respon Adatif Respon
Maladaftif
-
Menyendiri
-
Otonomi
-
Bekerjasama
-
Inderdependen
|
-
Merasa sendiri
-
Manipulasi
-
Tergantung
-
Curiga
|
-
Merasa sunyi
-
Epseploitasi
-
Menarik diri
-
Paranoid
|
Keterangan :
· Respon
adaktif
Yaitu
respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial kebudayaan secara umum
yang berlalu di masyarakat. Dimana individu dalam menyelesaikan masalahnya
masih dalam batas norma.
Menyendiri
Respon yang masih
dibutuhkan individu untuk menuangkan apa yang telah dilakukan di lingkungan
sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya
Otonom
Kemampuan individu
untuk menentukan dan menyampaikan ide pelaksanaan perasaan dalam hubungan
sosial.
Bekerjasama
Suatu kondisi hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
Interdependen
Saling ketergantungan
antar individu dengan yang lain dalam interaksi sosial dalam membina hubungan
independen.
· Respon
mal adaktif
Adalah
respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalahnya, menyimpang dari
norma-norma sosial kebudayaan suatu tempat.
Menarik
diri
Terjadi apabila
individu menemukan kesakitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang
lain.
Manipulasi
Individu menganggap
orang lain sebagai objek individu serta tak dapat membina hubungan sosial
secara mendalam.
Tergantung
Individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuan untuk mengembalikan rasa percaya
diri.
Curiga
Bila individu gagal
mengembalikan rasa percaya diri dengan orang lain
4.
Tanda
dan Gejala
Ø
Apatis, ekpresi sedih, efek tumpul
Ø
Komunikasi kurang, klien tidak tampak
berkomunikasi dengan pasien lain atau perawat
Ø
Tidak ada kontak mata, klien sering
menunduk.
Ø
Berdiam di kamar
Ø
Menolak berhubungan dengan orang lain,
pasien memutuskan atau langsung pergi jika diajak bicara
Ø
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari,
seperti : perawatan diri dan aktivitas sehari-hari
(Budi Anna Keliat,
SKP.M.SPP.SC.CS. Proses Keperawatan Jiwa)
5.
Etiologi
Ø Teori
biologik dan genetik
Ø Hipotesis
neurotransmitter
Ø Pencetus
psikososial
(Buku Saku Psikiatri,
PenerbitBuku Kedokteran, EGC, hal)
6.
Karakteristik
a.
Gangguan pola : tidak nafsu makan atau
makan berlebihan
b.
Berat badan menurun atau meningkat
secara drastis
c.
Kemunduran kesehatan fisik
d.
Tinggal di tempat tidur dalam waktu lama
e.
Banyak tidur siang
f.
Kurang bergairah
g.
Tidak mempedulikan lingkungan
h.
Immobilitas
i.
Mondar-mandir/sikap menantang, melakukan
kegiatan berulang-ulang
j.
Keinginan seksual menurun
(Standar
Pelayanan Dari Asuhan Keperawatan Jiwa, hal)
7.
Pengobatan
1. Farmakoterapi
2. Terapi
fisik ECT (Elektro Convusi Teraphy)
3. Terapi
psikologi
4. Terapi
social
5. Bila
serangan pertama
-
Membangkitkan dan diagnosis
-
Pemeriksaan psikologi
-
Pemeriksaan kimia rutin, skrinning,
roksikologi, VDRL dan uji fungsi tiroid
-
Elektroensefologram (untuk menyingkirkan
epilepsy logus temperralit, neoplasma)
(Buku saku psiatri, penerbit buku
kedokteran EGC, Hal)
B. Landasan Teoritis Keperawatan
1. Pengkajian
Tiap individu
mempunyai potensi untuk berlibat berhubungan social sebagai tingkat hubungan
yaitu hubungan intim dan hubungan saling bergantungan dalam menghadapi dan
mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari pada pengkajian klien-klien sulit
diajak bicara, pendiam, suka melamun dan menyendiri di sudut-sudut.
Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan
ketidakpuasan individu terhadap psien hubungan yang disebabkan oleh kurangnya
peran peserta respon lingkungan yang negatif kondisi ini dapat mengembangkan
rasa tidak percaya pada orang lain) (Budi Anna Keliat S.Kep, M.App, BSC, 1995)
2. Diagnosa Keperawatan
·
Isolasi sosial menarik diri
·
Harga diri rendah
·
Koping keluarga efektif
·
Gangguan komunikasi verbal
·
Introleransi aktifitas
·
Defisit perawatan diri
·
Resiko tinggi prilaku kekerasan
·
Perubahan persepsi
3. Tujuan Keperawatan/Implementasi
·
Klien dapat meningkatkan harga diri
·
Melakukan kegiatan asuhan diri
·
Merasa puas berhubungan dengan orang
lain dan mampu menggunakan alternative untuk menggantikan prilaku menarik diri
·
Menggunakan koping yang efektif
·
Meningkatkan kemampuan melakukan
komunikasi
·
Mengadakan hubungan dengan lingkungan
4. Intervensi
Bina hubungan saling percaya
Berkomunikasi dengan pasien secara jelas
dan terbuka
Kenal dan dukung kelebihan pasien
Bantu klien mengurangi ansietas ketika
berhubungan interpersonal
5. Tindakan Keperawatan / Implementasi
a.
Psikotherapiutik
1.
Bina hubungan saling percaya
-
Buat kontrak dengan pasien, perkenalan,
tujuan dan waktu interaksi
-
Ajak klien berbicara dengan memanggil
nama panggilan pasien
-
Jelaskan pada klien bahwa informasi
tentang pribadi pasien tidak perlu dibertahukan kepada orang lain yang tidak
berkepentingan
2.
Berkomunikasi dengan pasien secara
jujur, jelas dan terbuka.
-
Bicara dengan pasien secara jelas dan
terbuka dengan istilah yang sederhana
-
Gunakan komunikasi verbal dan non verbal
yang sesuai, singkat, jelas dan teratur
-
Bersama pasien menilai manfaat
pembicaraannya dengan perawat
-
Tunjukkan sikap empati dan beri pasien
kesempatan untuk mengungkapan perasaan
3.
Kenal dan dukung kelebihan klien
-
Tanya cara-cara menyelesaikan masalah (koping)
yang bisa digunakan klien
-
Diskusi bersama pasien tentang koping
yang konstruktif
-
Dukung koping pasien yang konstruktif
-
Ajarkan pada pasien untuk menggunakan
interpersonal
4.
Bantu klien mengurangi ansietas
-
Batasi pengunjung pada awal terapi
-
Lakukan interaksi pada pasien sesering
mungkin
-
Temani pasien dalam berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
-
Libatkan dalam aktivitas kelompok
b.
Pendidikan
Kesehatan
1.
Jelaskan pada pasien cara mengungkapkan perasaan
2.
Bicarakan dengan pasien peristiwa yang
menyebabkan menarik diri
3.
Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga
agar tetap mengadakan hubungan
4.
Anjurkan kepada keluarga
mengikutsertakan pasien dalam kegiatan di lingkungan masyarakat
c.
Kegiatan
Kehidupan Sehari hari
1.
Bantu pasien dalam melaksanakan
kebersihan diri sampai diri sampai dapat melaksanakan secara mandiri
2.
Bimbing pasien berpakaian yang rapi
3.
Batasi kesempatan tidur siang
4.
Sediakan sarana informasi dan hiburan
d.
Terapi
Somatik
1.
Beri obat sesuai dengan prinsip 5 benar
(benar orang, obat, dosis, waktu dan guna)
2.
Pantau reaksi obat pada pasien
3.
Catat pemberian obat yang telah
dilaksanakan
4.
Pastikan obat apakah telah diminum
e.
Lingkungan
therapeutik
·
Lingkungan fisik
-
Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
pasien maupun orang lain
-
Cegah pasien tidak berada dalam ruangan
sendiri dalam jangka waktu lama
-
Beri rangsangan sesuai seperti gambar masuk
dan gambar hiasan
·
Lingkungan Sosial
-
Fasilitasi pasien untuk berperan serta
terapi kelompok ekupasi serta terapi keluarga
-
Libatkan pasien dalam berinteraksi
dengan klien lain dan perawat secara bertahap
f. Evaluasi
·
Pasien dapat menggunakan koping yang
efektif dalam menyelesaikan masalah
·
Harga diri pasien meningkat
·
Pasien dapat melakukan interpersonal
dengan orang lain
·
Pasien dapat melakukan kegiatan mandiri
·
Persiapan berinisiatif untuk
berkomunikasi/melakukan komunikasi secara verbal.
BAB II
TINJAUAN KASUS
Ruang
Rawat : Bukit Barisan Tanggal Dirawat :
I.
IDENTITAS
KLIEN
Nama : Tn. DM
Umur : 25 Tahun
Tanggal
Pengkajian :
No.
RM : 0.57.20
II.
ALASAN
MASUK RUMAH SAKIT
- Marah-marah
- Bicara
sendiri
- Sulit
tidur
- Mondar
mandir
- Sulit
diajak bicara
III.
|
Ö
|
- Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? Ya Tidak
-
Ö
Berhasil Kurang Berhasil Tidak berhasil
- Trauma Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
Aniaya fisik ( )
( ) (
) ( )
( ) (
)
Aniaya seksual ( )
( )
( ) (
) ( )
( )
Pendidikan ( )
( ) (
) ( )
( ) (
)
Kekerasan dalam keluarga ( )
( ) (
) ( )
( ) (
)
Jelaskan
No. 1, 2 , 3 : Os
sudah mengalami hal di atas sejak 3 tahun yang lalu dan dirawat/dibawa berobat
jalan dengan berobat alternatif
Masalah
Keperawatan : Koping individu tak efektif
-
Ö
Ya Tidak
Jika
“Ya”
Hubungan
keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan
Masalah
Keperawatan : Tidak ada masalah
5. Pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan
Masalah
keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
IV. Fisik
1. Tanda
vital
TD : 100/60 mmHg
N : 80 x/i
S : 36ºC
P : 16 x/i
2. Ukur
P : 150 cm
|
|
3. Keluhan fisik : Ya
Tidak
Masalah
keperawatan : Tidak ada masalah
IV
Psikososial
- Genogram
Keterangan :
: +
:
♂
:
♀
:
OS
Jelaskan
: Keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa seperti OS
Masalah
Keperawatan : Tidak ada
masalah
- Konsep Diri
a. Gambaran Diri : OS menyukai semua
hal yang ada pada dirinya
b. Harga diri : OS merasa
tidak dihargai oleh keluarga dan teman-temannya
c. Ideal Diri : OS ingin
cepat pulang
d. Identitas Diri : OS adalah anak ke-4
dari 5 bersaudara
e. Peran : OS merasa perannya terganggu, baik sebagai
seorang anak di rumah ataupun sebagai warga masyarakat di lingkungannya
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
- Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Terganggu
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Merasa tak dianggap oleh orang lain
Masalah
Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri
- Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
OS
beragama Kristen dan percaya keapda Tuhan Yang Maha Esa
b.
Kegiatan ibadah :
OS
mengatakan selama di rumah sakit tidak pernah beribadat
Jelaskan :
Ada permasalahan dalam pemenuhan kebutuahn spiritual, tidak dapat
berkonsentrasi dalam beribadah
Masalah Keperawatan : Defisit spiritual
V.
Status Mental
1.
Penampilan
Ö
|
Tidak sesuai
Seperti biasanya
Jelaskan : Penampilan klien rapi, rambut
pendek, kuku bersih dan cara berpakaian biasa
Masalah
Keperawatan : Tidak ada
2.
Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Ö
|
Ö
|
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tegang
Grimesen Tremor Kompulsif
Ö
|
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir
Gembira berlebihan
Jelaskan : OS
dengan keadaan tak rapi, ranmbut acak-acakan, jarang mandi, kurang bersih (gigi
+ kuku panjang)
Masalah
Keperawatan : Defisit
perawatan diri
5.
Ö
|
Datar Tumpul Labil Tidak Labil
Jelaskan : ekspresi
wajah datar, lebih banyak diam dan menjawab jika di Tanya saja
Masalah
Keperawatan :
6.
Interaksi Selama Wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah
tersinggung
Ö
|
Jelaskan : Selama bicara tidak kooperatif, lesu,
cengeng
Masalah Keperawatan :
Gangguan interaksi sosial
7. Persepsi / halusinasi
Pendengaran Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidung
Jelaskan :
Masalah
Keperawatan : Tidak ada
8.
Proses Pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan Asosiasi
Ö
|
Jelaskan : Os hanyadiam saat ditanya, dan hanya
menjawab sebatas apa yang ditanyakan
Masalah
Keperawatan : Gangguan proses
pikir
9.
Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Defersonalisasi
Ide yang terkait Pikiran
magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran
Curiga
Nihilistik Sisip Pikir Siap Pikir Kontrol
Pikir
Jelaskan :
Masalah
Keperawatan : Tidak ada
masalah
10.
Ö
|
Composmetis Bingung Sedasi Stupor
Ö
|
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : OS tak mampu mengingat waktu/hari yang
ditanyakan
Masalah
Keperawatan :
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat
Jangka panjang Jangka pendek
Masalah
Keperawatan : Tidak ada
masalah
12. Tingkat
Konsentrasi dan Berhitung
Mudah
beralih Tidak mampu
Tidak mampu
berkonsentrasi berhitung
sederhana
Masalah
Keperawatan : Tidak ada
masalah
13. Kemampuan
Penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Masalah
Keperawatan : Tidak ada
masalah
14. Daya
Tilik Diri
Mengingkari
penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
VI.
Kebutuhan Persiapan Pulang
- Makan
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan
:
Masalah
Kepeawatan :
- BAB / BAK
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan
:
Masalah
Kepeawatan :
- Mandi
Bantuan
minimal Bantuan
total
Jelaskan
:
Masalah
Kepeawatan :
- Berpakaian / berhias
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan
:
Masalah
Kepeawatan :
- Istirahat dan tidur
Tidur siang lama 14.00 s/d 16.00
Tidur malam lama 21.00 s/d
05.00
Aktivitas sebelum / sesudah tidur
- Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan
:
Masalah
Kepeawatan :
- Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
|
Sistem Pendukung
- Aktivitas didalam rumah
Ya Tidak
|
Menjaga kerapian
rumah
Mencuci pakaian
Pengaturan
Keuangan
- Aktivitas diluar rumah
Ya Tidak
|
Transportasi
VII.
Mekanisme Koping
Adaktif Maladaktif
Bicara
pada orang lain Minum
alkohol
Mampu
menyelesaikan masalah Reaksi
lambat/berlebihan
Tehnik relokasi Bekerja
berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai
diri
Lainnya Lainnya
VIII. Masalah Psikososial dan
Lingkungan
a.
Masalah
dan dukungan kelompok (spesifik)
OS selalu merasa
drinya tak berharga
b.
Masalah
berhubungan dengan lingkungan (spesifik)
OS selalu minder
jika bergabung/interaksi dengan lingkungan
c.
Masalah
dengan perumahan (spesifik)
Tak ada masalah
d.
Masalah
dengan pelayanan kesehatan (spesifik)
e.
Masalah
lainnya, uraikan
Tidak ada masalah
IX. Pengetahuan Kurang Tentang
|
|
|
Lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
X. Aspek Medik
Diagnosa
Medik :
Terapi
Medik :
Masalah
Keperawatan
1. Kerusakan
komunikasi verbal
2. Menarik
diri
3. Harga
diri rendah
4. Defisit
perawatan diri
5. Intoletansi
aktiftas
6. Resiko
tinggi kekerasan
7. Perubahan
sensori persepsi
3.9 Pohon
Masalah
Koping Keluarga Inefektif
: Ketidak mampuan keluarga merawat klien di rumah
|
Gangguan Komunikasi
Verbal
|
Isolasi sosial : menarik
diri
|
Gangguan konsep diri :
Harga Diri Rendah
|
Regiment therapeutik
inefektif
|
Intoleransi Aktivitas
inefektif
|
Defisit Perawatan Diri
|
ANALISA DATA
No
|
Data
|
Masalah
|
|
1
|
DS
DO
|
: Klien mengatakan malas bergaul dan
berbicara
: Klien tampak duduk ditempat tidur
|
Kerusakan komunikasi verbal
|
2
|
DS
DO
|
: Klien mengatakan malas bergaul dan lebih
sering menyendiri
: - Klien jarang kontak mata dengan perawat
saat berbicara
|
Kerusakan interaksi social
menark diri
|
3
|
DS
Do
|
: Klien mengatakan bahwa ia dijauhi oleh
keluarganya karena merasa tidak berguna bag orang lain
: Klien selalu menyendiri dan sedih
|
Gangguan harga diri rendah
|
4
|
DS
DO
|
: Klien mengatakan bahwa ia rajin mandi,
hanya saja bajunya kotor dan asal mandi saja
: Kuku klien panjang, rambut acak-acakan
|
Defisit Perawatan Diri
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. DM
Ruangan : Bukit Barisan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Perencanaan
|
Rasional
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
||
Tujuan
|
Kriteria
Hasil
|
Tindakan
Keperawatan
|
|||||
1
|
Kerusakan
komunkasi verbal b/d isolasi sosial menarik diri
|
Tujuan
umum :
Klien
dapat berkomunikasi dengan baik pada orang lain
TUK
:
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya
|
Klien dapat
mengungkapkan perasaannya dan keadaan saat ini secara verbal
|
1.
Bina hubungan saling percaya :
-
Salam perkenalan diri
-
Ciptakan lingkungan yang tenang
-
Jelaskan tujuan interaksi
-
Buat kontraksi yang jelas
-
Tepat waktu
2.
Dorong dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
|
Hubungan saling
percaya sebagai dasar utama interaksi yang penting
Ungkapkan
perasaan klien kepada perawat sebagai bukti bahwa klien mempunyai perawat,
rasa empati akan meningkatkan hubungan saling percaya
|
1.
Membina hubungan saling percaya :
-
Memberi salam perkenalan diri
-
Menjelaskan tujuan interaksi
-
Menciptakan lingkungan yang tenang
-
Membuat kontraksi yang jelas
2. Mendorong dan memberi kesempatan untuk mengungkap-kan
perasaannya mendengarkan klien dengan empati
|
S : Klien sudah mampu berinteraksi
O : Klien tampak tersenyum ramah
A : Masalah teratasi sebagian
P
: Rencana tindakan dilanjutkan
|
|
|
2. Klien
dapat menyebutkan penyebab menarik diri
|
Setelah dilakukan 2-3 kali pertemuan klien dapat
menyebutkan sebagian penyebab menarik
diri
|
1.
Kaji pengetahuan klien tentang
perihal menarik diri
2. Beri
kesempatan pada klien utuk mengungkapkan perasaannya penyebab
menari
diri
3. Diskusikan
bersama klien tentang perihak menarik diri
4. Beri
pujian terhadap keamanan klien mengungkapn persaannya
|
1. Mengetahui
sejauh mana pengetahuan klien tentang menarik diri sehingga perawata dapat
merencanakan tindakan selanjutnya
2. Untuk
mengetahui alasan klien menarik diri
3. Meningkatkan
fungsi pengetahuan mencari pemecahan masalah bersama klien
4. Meningkatkan
harga diri klien sehingga berani bergaul
dengan lingkungan
|
1.
Mengkaji pengetahuan klien
tentang perihal menarik diri
2.
Memberi kesempatan pada klien
untuk mengungkap-kan perasaannya penyebab menarik diri
3.
Mendiskusi-kan bersama klien
tentang perihal menarik diri
4.
Memberi pujian terhadap keamanan
klien mengungkap-kan
|
S : Klien sudah mampu mengungkapkan hatinya
O
: Klien tampak tenang, ramah
A
: Masalah Teratasi
P : Rencana
dilanjutkan
|
|
|
3.
Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain
|
Klien dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
|
1. Diskusikan
dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
2. Dorong
klien untuk menyebutkan kembali manfaat hubungan dengan ornag lain
3. Beri
pujian terhadap kemampuan klien dalam berhubungan dengan oranglain
|
1.
Mengungkapkan pengetahuan klien
dengan perlunya berhubungan dengan orang lain
2.
Untuk mengetahui tingkat
pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan
3.
Memberi pujian dengan positif
dapat meningkatkan harga diri
|
1. Mendiskusikan
manfaat hubungan dengan orang lain
2. Mendorong
klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain
3.
Memberikan pujian terhadap
kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain
|
S : Klien mampu menyatakan manfaat
bergaul dengan orang lain
O : Klien tampak tersenyum, kontak
mata baik
A : Klien mampu mengungkap-kan manfaat
bergaul bantuan perawat. Tindakan berhasil
|
|
|
4.
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
|
Klien dapat
menyebutkan dengan cara berhubungan dengan orang lain
|
1. Dorong
klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain
2. Dorong
dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap
3. Libatkan
klien dalam kegiatan ADL diruangan
4. Reforcement
positif atas kebersihan yang dicapai
|
1.
Untuk mengetahui pengalaman klien
terhadap informasi yang telah diberikan
2.
Klien mungkin dapat mengalami
perasaan tidak nyaman malu dalam berhubungan
3.
Membantu klien dalam
mempertahankan hubungan interpersonal
4.
Reinforcement positif dapat
meningkatkan harga diri
|
1. Mendorong
klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain
2. Mendorong
dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap
3. Melibatkan
klien dalam kegiatan ADL diruangan
4. Mereinforcemen
positif atas keberhasilan yang dicapai
|
S : Klien mampu menyatakan manfaat
bergaul dengan orang lain
O : Klien tampak tersenyum, kontak
mata baik
A : Klien mampu mengungkap-kan manfaat
bergaul dengan orang lain
|
2
|
Kerusakan
interaksi social menarik diri b/d konsep diri, harga diri rendah
|
Tujuan umum :
Klien dapat
berhubungan dengan orang lain
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
|
Klien dapat
membina hubungan saling percaya setelah 2 – 3 kali pertemuan
|
1. Sapa
klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Jelaskan
tujuan pertemuan dan ciptakan lingkungan yang nyaman
|
1.
Dengan melakukan hubungan dengan
klien maka klien tercipta suasana baik
|
1. Menyapa
klien dengan ramah dan baik verbal maupun non verbal
2. Jelaskan
tujuan pertemuan dan ciptakan lingkungan yang nyaman
|
S : Klien mampu menjalani hubungan
dengan orang lain
O : Klien tampak tersenyum ada kontak
mata
A
: Klien mampu berkomunikasi dengan temannya
|
|
|
2. Klien dapat memperluas kesadaran diri
|
1.
Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 2-3 kali
pertemuan
|
1. Diskusikan dengan klien kelebihan yang dimiliki
klien
2. Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai
dengan kemampuan klien
3. Kesempatan untuk klien melakukan kegiatan yang
telah dipilihnya
|
1. Hal-hal yang positif yang masih dimiliki klien dan
memberi harapan pada klien
2. Mempertahankan klien agar tetap realitas
3. Menghargai klien dengan keputusn yang telah
dipilihnya
|
1.
Diskusikan dengan klien kelebihan yang dimiliki klien
2.
Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan
klien
3.
Kesempatan untuk klien melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
|
S : Oh ya ya suster
O : Klien bicara keras
A : Klien mampu akan drinya
P : TUK sudah tercapai
|
|
|
3. Klien dapat menyelidiki dirinya
|
Klien cita-cita
serta harapannya sesuai dengan kesempurnaannya
|
1.
Diskusikan dengan klien ideal dirinya dan harapan di RSJ rencana
klien setelah keluar dan apa cita-cita yang ingin dicapai klien
2.
Membantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuannya
3.
Beri kesempatan pada klien untuk berhasil
|
1.
Untuk mengetahui sejauh mana realita dan harapan klien
2. Membantu klien membentuk harapan dan realitas
3.
Meningkatkan ras percaya klien
|
1.
Diskusikan dengan klien ideal dirinya dan harapan di RSJ rencana
klien setelah keluar dan apa cita-cita yang ingin dicapai klien
2.
Membantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan-nya
3.
Beri kesempatan pada klien untuk berhasil
|
S
: KLien mampu mengutarakan keinginannya
O
: Klien ingin bertemu ibu dan adinya
A
: Masalah teratasi sebagian
P
: rencana keperawatan dilanjutkan
|
|
|
4. Klien dapat membuat rencana yang realita
|
Klien dapat
menyebutkan tujuan yang ingin dicapai
|
1.
Bantu klien merumuskan tujuannya yang ingin dicapai
2.
Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan
klien
3.
Kesempatan untuk klien melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
|
1.
Agar klien dapat tetap realistis dengan kemampuan yang dimilikinya
2.
Mempertahankan klien agar tetap realitas
3.
Menghargai klien dengan keputusan yang telah dipilihnya
|
1.
Bantu klien merumuskan tujuannya yang inin dicapai
2.
Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan
klien
3.
Kesempatan untuk klien melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
|
S
: Klien dapat mengungkap-kan keinginanya
O
: Klien tampak tenang
A
: Masalah teratasi
|
3
|
Defist
perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas
|
Tujuan
Umum :
Kliem mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari
secara mandiri dan mendemonstrasikan suatu keinginan untuk melakukannya
Tujuan Khusus :
1.
Klien dapat mengatakan keinginan
untuk kehidupan sehari-hari
|
Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri
|
1.
Dukung klien untuk melakukan
kegiatan sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan klien
|
1.
Kebersihan menampilkan dalam
melakukan aktivitas
|
1.
Dukung klien untuk melakukan
kegiatan sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan klien
|
|
|
|
2. Klien dapat melakukan atau mampu untuk terlibat dalam
perawatan diri
|
Setelah dilakukan
pertemuan 2-3 kali klien dapat melakukan perawatan diri dengan ketentuan
minimal
|
Dukungan kemandirian klien, tetapi beri bantuan saat
klien tidak mampu melakukan kegiatan itu
|
Keamanan dan kenyamanan klien merupakan prioritas
dalam keperawatan
|
Dukungan
kemandirian klien, tetapi beri bantuan saat klien tidak mampu melakukan
kegiatan itu
|
|
|
|
3. Dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai
|
Setelah
dilakukan pertemuan 2-3 kali
klien dapat mengungkapkan dirinya
|
|
Renforcement positif akan meningkatkan harga diri
|
|
|
|
|
4. Klien
dapat mealkukan usaha kebersihan secara bertahap
|
Setelah 2 kali pertemuan klien dapat melakukan
kebersihan dirinya
|
1. Kaji ulang kemampuan klien dalam perawatan diri
2.
Bimbing klien dan beri pujian
|
1.
Pengkajian yang baik membantu perawat dalam perencanaan tindakan
keperawatan
2.
Pendemonstrasian berguna untuk membantu klien mampu mempraktekkan secara
mandiri
|
1.
Kaji ulang kemampuan klien dalam perawatan diri
2. Bimbing klien dan beri pujian
|
S
: Klien bersih
O
: Klien tersenyum
A
: Tujuan khusus tercapai
P
: Pertahankan tujuan khusus
|
4
|
Regiment
terapeutik berhubungan dengan koping keluarga inefektif
|
Tujuan
umum :
Tidak
terjadi koping keluarga inefektif
Tujuan
Khusus :
1.
Keluarga mampu menangani masalah
yang dialami klien
|
Keluarga dapat mengintifikasi masalah yang
dihadapi klien
|
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan
anggota keluarga
|
1. Hubungan
saling percaya dengan keluarga dan anggota keluarga lainnya merupakan dasar
interaksi selanjutnya
|
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan
anggota keluarga
|
S
: Klien bersih
O
: Klien tersenyum
A
: Tujuan khusus tercapai
P
: Pertahankan tujuan khusus
|
|
|
2.
Keluarga klien mampu menerima
keadaan klien
|
Keluarga
klien menrima keadaan apa adanya
|
1. Diskusikan
dengan keluarga tentang alternative koping adaptif atau gambaran pendukung
dalam menangani misi keperawatan yang dianjurkan
2. Diskusikan
dengan keluarga tentang yang selama ini dilakukan klien
|
1.
Menggunakan wawasan keluarga
untuk mengetahui cara lain dalam menangani klien yang sakit sebagai
alternative untuk keluarga yang sakit
2.
Tindakan pengetahuan keluarga
dalam memberikan perawatan terhadap klien
|
1. Diskusikan
dengan keluarga tentang alternative koping adaptif atau gambaran pendukung
dalam menangani misi keperawatan yang dianjurkan
2. Diskusikan
dengan keluarga tentang yang selama ini dilakukan klien
|
|
|
|
3.
Keluarga dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada di RS didalam keluarga atau masyarakat
|
Keluarga dapat membantu klien beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya
|
1.
Motivasi keluarga untuk menerima
klien apa adanya
2.
Libatkan klien dalam diskusi
keluarga
|
1.
Meningkatkan harga diri klien
2.
Meningkatkan harga diri klien
|
1. Motivasi
keluarga untuk menerima klien apa adanya
2. Libatkan
klien dalam diskusi keluarga
|
|
|
|
4. Klien dapat berkomunikasi dengan keluarga
secara baik
|
Bina
hubungan saling percaya dank lien ramah memberitahukan pada klien yang
dibutuhkan oleh keluarga
|
Ungkapkan
perasaan klien pada perawat sebagai bukti bahwa klien mempunyai dirinya
sendiri
|
Perawat
mendengar-kan keluhan klien tentang kurang harmonisnya klien
|
Ungkapkan
perasaan klien pada perawat sebagai bukti bahwa klien mempunyai dirinya
sendiri
|
S
: Klien bersih
O
: Klien tersenyum
A
: Tujuan khusus tercapai
P
: Pertahankan tujuan khusus
|
Jam/Tanggal
|
Tujuan
|
Implementasi
|
Evalusi
|
|
DX II
TUK IV
|
1.
Membantu klien merumuskan tujuan
yang ingin dicapai
2.
Mendiskusikan dengan klien tujuan
yang ingin dicapai dengan keinginan klien
3.
Memberikan kesemaptan untuk klien
melakukan kegiatan yang telah dipilinya
|
S : Klien mampu mengutarakan keinginanya
O : Klien ingin berjumpa dengan ibunya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Rencana keperawatan dilanjutkan
|
|
DX. III
TUK IV
|
1. Mengkaji
ulang kemampuan klien dalam perawatan diri
2. Membimbing
klien dan memberi pujian
|
S : Klien mampu menyatakan kebersihan diri
O : Klien tersenyum
A : Tujuan khusus sempat tercapai dimana klien
sudah mau melakukan kebersihan dirinya secara bertahap
|
|
DX. IV
TUK I
|
1.
Membina hubungan saling percaya
keluarga dan anggota keluarga
2.
Mendiskusikan dengan keluarga
tentang alternative koping adaptif
|
S : Sumber koping ditemukan
O : Keluarga
mengatakan akan sering berkunjung
A : Keluarga akan melakukan perawatan seoptimal
mungkin guna mengindah terjadinya menarik diri
P : Intervensi
dilanjutkan
|
|
TUK IV
|
Mengungkapkan
perasaan klien pada perawat sebagai bukti bahwa klien mempercayai dirinya
|
S : Klien menyatakan senang berbicara dengan
perawat dan mengatakan bahwa ia ingin sekali bertemu dengan ibunya dan
keluarganya
O : Klien sudah mau
menceritakan keluh kesahnya
A : Masalah sebagian teratasi
P : Pertahankan
Intervensi
|
|
DX 1
TUK I
|
1. Membina
hubungan saling percaya
-
Memberi salam perkenalan diir
-
Menjelaskan tujuan interaksi
-
Menciptakan lingkungan yang
tenang
2. Mendorong
dan member kesempatan untuk mengungkapkan persaan klien
3. Mendengarkan
klien dan empati
|
S : Klien sudah mampu berinteraksi
O : Klien tampak tersenyum ramah
A : Masalah teratasi sebagian
|
|
TUK II
|
1. Mengkaji
pengetahuan klien tentang perihal meraih diri
2. Memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya penyebab menarik diri
3. Mendiskusikan
bersama klien tentang perihal menarik diri
4. Memberi
pujian terhadap keamanan klien mengungkapkan perasaannya
|
S
: Klien sudah mampu mengungkapkan perasaannya
O
: Klien tampak tenang, ramah
A
: Masalah teratasi sebagian
P
: Intervensi dilanjutkan
|
|
TUK III
|
1. Mendorong
klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain
2. Mendorong
dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap
3. Melibatkan
klien dalam kegiatan ALDL dirunagan
4. Mereforcement
positif atas keberhasilan yang dicapai
|
S
: Klien mampu menyatakan manfaat bergaul
O
: Klien tampak tersenyum, kontak mata baik
A
: Klien ammpu mengungkapkan manfaat bergaul dengan orang lain
|
IMPLEMENTASI
Diagnosa
: Perilaku Isolasi Sosial : Menarik
Diri
Strategi
Pertemuan 1
Tanggal
Fase
Orientasi
P : Selamat Pagi Pak, saya akan merawat bapak
selama 1 minggu ini. Nama bapak siapa?
Senang
dipanggil apa?
K : Nama saya DM, senang dipanggil DM
P : Bagimana perasaan Bapak?
K : Perasaan saya biasa
P : Baiklah, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang tentang keluhan Bapak. Apakah bapak bersedia? Dan dimana
bapak mau?
K : Besok aja sus, diruang tamu
P : Ya, besok pak. bapak bersedia jam berapa?
K : Habis makan sus, berapa lama sus?
P : Baiklah 10 – 15 menit, bapak mau ?
K : Baik
Fase
Kerja
P : Bapak DM, coba bapak ceritakan tentang
keluhan bapak
K : Iya sus ..saya selalu merasa tidak berguna
lagi sus ….
Hal
ini membuat saya tidak aman berada dengan orang lain
P : Apakah bapak mempunyai teman-teman dekat?
K : Tidak, saya malu karena teman-teman saya
semua melanjutkan sekolahnya, sementara saya tidak bisa melanjutkan, bahkan
sekarang saya sudah di bilang orang punya penyakit jiwa.
P : Pak … itu semua perasaan bapak saja.
Seharusnya bapak bertekad untuk melawan perasaan malu bapak itu
K : Bagaimana caranya sus …?
P : Baiklah, besok kita akan diskusi tentang
masalah bapak
K : Baik sus
Fase
Terminasi
P : Bagaimana perasaan bapak setelah
berbincang-bincang dengan saya?
K : Senang sus
P : Baiklah besok kita jumpai disini lagi ya.
Apakah bapak bersedia ?
K : Bersedia sus
Strategi
Pertemuan 2
Tanggal
Fase Orientasi
P : Pagi bapak
K : Pagi juga suster
P : Masih ingat dengan saya kan?
K : Ya … suster
P : Bagus sekali, sesuai dengan janji kita, hari
ini kita akan diskusi tentang apa yang membuat bapak tidak mau bergaul dengan
pasien lain atau orang lain dan keuntungan mempunyai teman dan kerugian bila
tidak mempunyai teman, mau berapa lama pak? Disini aja ya pak?
K : 5 – 10 menit ya sus
Baik,
disini aja sus.
Fase
Kerja
P : Menurut bapak, apa saja keuntungan kalau
kita mempunyai teman?
K : Ada teman bercakap-cakap
P : Benar…
Apa
lagi ?
K : Ada yang bantu kita, bercanda-canda
P : Nah, kalau kerugiannya tidak mempunyai teman
apa lagi ya?
K : Kesepian sus, nggak ada teman
bercakap-cakap, jadi suka melamun
P : Jadi, banyak juga ruginya tidak punya teman
ya …
Kalau
gitu inginkah bapak belajar bergaul dengan orang lain ?
K : Mau sus …
Fase
Terminasi
P : Bagaimana perasaan bapak selama kita
diskusi?
K : Senang sekali sus…
P : Bagaimana perasaan bapak setelah tahu
untungnya bergaul dan ruginya tidak mempunyai teman?
K : Saya jadi ingin bergaul sus ….
P : Baiklah, bagaimana kalau besok pagi jam
10.00 kita ketemu dan akan bicarakan dan akan bicarakan cara bergaul dengan
orang lain?
K : Baiklah sus …
P : Sampai jumpa besok ..
Strategi
Pertemuan 3
Tanggal
Fase
Orientasi
P : Selamat pagi pak DM? Bagaimana perasaan
bapak hari ini?
K : Pagi juga sus, hari ini saya lebih tenang
P : Hari ini kita akan belajar tentang bagaimana
memulai hubungan dengan orang lain. Kita akan belajar berapa lama?
K : 10 menit saja ya sus …
P : Mau dimana pak?
K : Disini saja sus …
Fase
Kerja
P : Begini lho pak, untuk berkenalan dengan
orang lain kita sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai.
Coba lakukan ..!
K : Nama saya DM saya lebih senang dipanggil DM
P : Bagus, selanjutnya bapak tanya kembali nama
orang yang diajak berkenalan.
Contoh
: Nama kamu siapa? Senang dipanggil apa ?
K : Nama kamu siapa?
Senang
dipanggil apa?
P : Bagus …
Setelah
bapak berkenalan dengan orang lain, bapak bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan
Fase
Terminasi
P : Bagaimana perasaan bapak setelah latihan
berkenalan ini?
K : Saya senang, dan bisa lebih tahu …
P : Dalam seminggu ini, coba bapak praktekkan.
Besok saya akan datang kembali untuk berbincang-bincang tentang pengalaman
bapak berkenalan dengan teman-teman yang lain!
K : Baik sus …
P : Waktunya seperti sekarangnya, dan tempatnya
juga disini, bapak setujukan?
K : Setuju sus …
Strategi
Pertemuan 4
Tanggal
Fase
Orientasi
P : Pagi bapak …
K : Pagi sus…
P : Bagaimana perasaan bapak hari ini?
K : Saya lebih tenang sus
P : Baiklah seperti yang dijanjikan semalam,
kita akan berbincang-bincang tentang pengalaman bapak berkenalan dengan teman
yang baru ..
K : Baik sus
Fase
Kerja
P : Apakah bapak sudah mempraktekkan yang kita
diskusikan kemarin?
K : Sudah sus
P : Bagaimana cara berkenalannya?
K : Nama saya DM, saya senang dipanggil DM
Nama
kamu siapa?, senang dipanggil apa?
P : Bagus, bapak sudah bisa
K : Terima kasih suster …
P : Ini adalah tahap awal bapak praktekkan cara
berkenalan dengan orang lain. Tahap berikutnya bapak cerita-cerita saja tentang
pengalaman bapak dengan teman baru bapak itu
K : Baik sus …
Fase
Terminasi
P : Bagaimana perasaan bapak setelah
berbincang-bincang dengan saya tadi?
K : Saya senang sus …
P : Apa yang selanjutnya kita lakukan setelah
berkenalan ?
K : Cerita tentang pengalaman dan hal-hal yang
menyenangkan
P : Bagus …
Cerita
ini tetap dipraktekkan ya pak.
Besok
akan saya tanyakan kembali
K : Baik sus ….
BAB III
PEMBAHASAN
Setelah
menyimpulkan diagnose klien dengan kerusakan interaksi sosial menarik diri di
ruang Bukit Barisan di RS Jiwa Medan, maka penulis mendapat gambaran bahwa
tindakan kasus yang menunjang penulis untuk menguraikan kasus ini.
Dalam
memberi asuhan keperawatan pada klien dengan kerusakan interaksi social menarik
diri. Selain penulis mengetahui perilaku dan kebutuhan pasien yang meliputi
fisik sosial dan spiritual, tanpa mengesampingkan diagnosa medic.
Dalam
melakukan asuhan keperawatan dapat dilakukan metode pendekatan dalam memecahkan
masalah, yaitu : pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan
dasar utama dari proses keperawatan. Selama tahap pengkajian penulis menemukan
beberapa kendala yang mengakibatkan kurang akuratnya data yang diperoleh dimana
klien kurang mau mengungkapkan perasaannya secara terbuka. Sebagai upaya
pencegahan, penulis tetap mengadakan pendekatan pada klien serta melihat dari
status klien dan bertanya pada perawat ruangan, sehingga klienmau mengungkapkan
perasaannya, mengenal lawan bicara dan dapat membina hubungan saling percaya.
B. Diagnosa
Keperawatan
Kemampuan perawat yang diperlukan
dalam merumuskan diagnose adalah kemampuan pengambilan keputusan yang logis
tentang batasan adaptif dan kegiatan normal. Kegatan atau perilaku perawat yang
dibutuhkan dalam merumuskan diagnose adalah mengidentifikasikan pola data.
Kebutuhan atau masalah klien, menvalidasi atau menyusun masalah klien, membuat
pohon masalah, merumuskan diagnose dan menyusun prioritas diagnose keperawatan.
Beberapa diagnose yang
ditemukan pada teori dengan kerusakan interaksi social menarik diri adalah :
1. Isolasi
social menarik diri
2. Harga
diri rendah
3. Koping
individu inefektif
4. Gangguan
komunikasi verbal
5. Intoleransi
aktivitas
6. Defisit
perawatan diri
7. Resiko
tinggi kekerasan
8. Perubahan
sensori persepsi
Sedangkan bebrapa
diagnose yang ditemukan pada kasus dengan kerusakan interaksi social menarik
diri, adalah :
1.
Kerusakan komunikasi verbal b/d gangguan
konsep menarik diri
2.
Kerusakan interaksi social menarik diri b/d
gangguan konsep diri, harga diri rendah
3.
Defist perawatan diri b/d intoleransi
aktivitas.
Diagnosa keperawatan yang terdapat
pada teori, tetapi tidak terdapat pada kasus yaitu resiko tinggi – kekerasan.
Hal ini disebabkan oleh keadaan klien yang selalu berdiam diri, sehingga tidak
tampak tanda-tanda klien akan menunjukkan reaksi kekerasan
C. Perencanaan
Rencana keperawatan terdiri dari 3
aspek yaitu : tujuan umum, tujuan khusus, dan tindakan keperawatan. Tujuan umum
berfokus pada penyelesaian etiologi. Rencana tindakan disesuaikan dengan
standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia. Membagi karakteristik tindakan
berupa tindakan konseling, pendidikan kesehatan, perawatan berkelanjutan,
tindakan kolaborasi. Pada tahap ini tinjauan kasus dan tinjauan teoritis tidak
jauh beda dalam menentukanrencana.
D. Implementasi
Keperawatan
Implementasi tindakan keperawatan
disesuaikan dengan rencana keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang
telah direncanakan perawat perlu memvalidasi dengan tepat apakah rencana masih
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi klien saat ini. Dalam tahap ini penulis
menerapkan hal-hal melalui tindakan keperawatan muncul dari diri klien sendiri.
Dimana klien kurang mau berinteraksi dengan klien lain, berdiam diri dan
tenggelam dalam lamunan karena klien lebih sering meyendiri.
Adapun usaha pemecahan yang
dilakukan adalah dengan cara pemebrian perhatian pada klien, memberikan
pengertian dan pengarahan pada klien dengan cara mengikutsertakan klien dengan
segala aktifitas. Mengajak klien berbincang-bincang dengan penulis ataupun
dengan klien lainnya, dan klien kembali keduania nyata serta melakukan tindakan
disiplin demi kemajuan klien sendiri.
E. Evaluasi
Evaluasi
merupakan ukuran keberhasilan rencana keperawatan memenuhi kebutuhan klien,
evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola piker :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan
yang dilakukan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang
dilakukan
A : Analisa ulang atas data subjektif dan
objektif untuk mengumpulkan apakah masalah masih tetap untuk mengumpulkan atau
muncul masalah baru atau data yang kontradiksi dengan masalah yang ada
P : Perencanaan dan tindakan lanjutan yang
berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
Hasil yang dicapai selama penerapan
asuhan kepewaratan dapat
teratasi sebagian.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Perencanaan tindakan keperawatan
pada klien dengan kerusakan interaksi social menarik diri dititik beratkan pada
perawatan mental, social dan spiritual. Pada spiritual perlu dilibatkan orang
lain terutama keluarga untuk membantu memotivasi agar klien lebih kuat
menghadapi permasalahannya, ini dapat untuk mempercepat proses penyembuhan
klien. Dalam pelaksanaan keperawatan peran serta klien dan keluarga sangat
mendukung dan mempengaruhi proses penyembuhan klien. Faktor pendukung dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan adalah kerjasama dengan keluarga bantuan dan
bimbingan dari petugas rumah sakit
B.
Saran
a. Agar
tujuan tercapai maka diperlukan adanya kerjsama antara team kesehatan yang ada
sehingga asuhan keperawatan dapat terlaksanakan dengan baik
b. Diharapkan
pada petugas RS. Agar lebih memberikan perhatian khusus serta bimbingan kearah
yang lebih positif
c. Kepada
klien sudah diperbolehkan pulang hendaknya menganjurkan kepada keluarganya dan
klien sendiri agar dapat mengontrol kembali keadaanya.
d. Hendaknya
keluarga klien agar sering berkunjung supaya klien merasa dirinya masih
dibutuhkan
e. Hendaknya
masyarakat dapat menerima kehadiran penderita dan menghargai hak-hak manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Keliat, Budi
Anna, dkk, 1999. Proses Keperawatan Jiwa”. Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.
Ria Utami
Panjaitan, S.Kep. Novi Helena, cd.S.Kep, 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Gail Wisang
Stuart, Phd Ria, sc. Rag, 1999. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 1 penerbit
buku kedokteran, EGC : Jakarta.
Hamid Achir
Yani, S.Drs, 1996. Standart Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Direktorat Kesehatan
Jiwa, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar